Jacob Ereste :
*Terlalu Cemen dan Bodoh Mengajak Prabowo Subianto Berpikir Tentang Kekuasaan Untuk Periode Kedua Berikutnya di Indonedia*
Pernyataan Joko Widodo yang memerintahkan kepada relawannya untuk mendukung Presiden Prabowo dan Wakil Presiden. Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka dua periode, dinilai Titiek Soeharto prematur atau sekedar mengalihkan perhatian dari prihal pemakzulan yang gencar disuarakan berbagai kalangan, utamanya kaum aktivis dan pergerakan di Indonesia.
Pernyataan Titiek Soeharto yang disampaikan kepada wartawan di kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, pada hari Rabu, 24 September 2025 pun mendapat respon yang cukup riuh dalam menandai hasrat untuk terus berkuasa Joko Widodo, meskipun tidak secara langsung berada didalam genggaman tangannya.
Dari pandangan yang lain, pernyataan Joko Widodo ini justru menambah jumlah anggaran miring terhadap perilaku sebagai mantan presiden tidak menciptakan kegaduhan, meski bisa membantu membangun ketenteraman dan kenyamanan bersama warga masyarakat.
Fokus utama Presiden Prabowo Subianto untuk menyelesaikan tugas utamanya selama menjabat pada lima tahun pertama memang harus menjadi prioritas agar dapat terlaksana dengan baik untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk membicarakan masa jabatan berikutnya. Sehingga kesan untuk terus menggenggam dan mengeloni kekuasaan tidak menjadi prioritas dalam menjalankan amanat rakyat.
Toh, jika pun kelak Prabowo Subianto hendak melanjutkan pemerintahannya pada periode kedua, belum tentu akan kembali memilih Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi pasangannya. Sebab dari pengalaman singkat dalam periode pertama yang belum genap setahun berjalan, toh keresahan warga masyarakat untuk meminta Gibran Rakabuming Raka mengundurkan diri, atau harus dimakzulkan secara paksa. Setidaknya, peran dan kontribusi Wakil Presiden yang masih diunggulkan Joko Widodo dalam setahun pertama yang belum tuntas ini telah menuai banyak kecamanan.
Artinya, Gibran Rakabuming Raka akan terus disibukkan oleh ulah warga masyarakat yang menghendakinya mundur atau dimakzulkan secara paksa itu. Akibatnya, tentu saja Gibran Rakabuming Raka semakin tidak mampu mengemban tugasnya untuk membantu tugas dan peran Presiden yang harus dilakukannya.
Pernyataan konyol yang diungkapkan Joko Widodo itu bahwa dia sudah sejak awal telah mengarahkan relawan, termasuk Bara JP untuk mendukung Prabowo Subianto - Gibran dua periode diungkapkan pada 19 September 2025 seperti yang dilansir oleh detik.Jateng. Hingga kesan dukungan dua periode untuk pasangan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang belum setahun usianya, jadi terkesan sungguh naib dan dan tak tahu malu untuk mengekspresikan obsesinya untuk terus berkuasa, kendati rakyat sendiri sudah menyatakan ragam alasan penolakan, termasuk kesangsian terhadap ijazah Wakil Presiden yang dianggap tidak memenuhi syarat untuk menjabat sebagai wakil presiden di Indonesia.
Sementara masalah ijazah Joko Widodo sendiri yang sudah membuat kegaduhan tiada penyelesaian yang tuntas sampai ulasan ini diturunkan, semakin menambah ketidakyakinan publik bahwa untuk mengurus negeri ini sangat diperlukan sikap kejujuran serta keikhlasan tidak asal demi dan untuk kekuasaan. Karena upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas mutu pelaksanaan guna menggamit hasil yang maksimal -- setidaknya untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kebodohan -- pasti dan tentu tidak akan dapat dilakukan dengan kepalsuan dan kepalsuan serta kemunafikan, karena semuanya harus dilakukan bersama dengan seluruh rakyat.
Sergahan Titiek Soeharto sebagai pengurus teras partai Gerindra dan anggota parlemen sekaligus sosok yang terbilang dekat dengan Prabowo Subianto -- baik secara secara biologis maupun ideologis -- jelas dapat lebih dipercaya merepresentasikan pemikiran dan pandangan Prabowo Subianto yang tidak tertarik untuk membicarakan ambisi kekuasaan yang berkelanjutan seperti kompensasi dari ambisi yang tak mampu diwujudkan semasa pernah berkuasa yang belum terpuaskan juga.
Sikap bijak Titiek Soeharto menjawab pernyataan Joko Widodo yang tidak cuma terkesan prematur itu tapi juga sungsang secara psikologis -- traumatik buruk masa lalu yang tak terlampiaskan birahi kekuasaannya itu -- sungguh sangat memalukan dan merendahkan martabat mulia manusia. Tentu saja tak patut dijadikan contoh apalagi untuk diteladani oleh generasi muda Indonesia yang harus membangun sikap nasionalis kebangsaan untuk bangsa dan negara Indonesia menata Mada depan yang lebih baik, lebih santun dan memiliki etika, moral dan akhlak mulia sebagai manusia yang lebih beradab.
Jadi memang terlalu cemen -- mbocaik -- untuk mengajak Prabowo Subianto untuk berpikir tentang kekuasaan untuk periode kedua di Indonesia. Sementara untuk periode pertama saja -- uang belum genap setahun usianya -- masih harus diselesaikan dengan berbagai agenda besar yang harus diwujudkan, agar seluruh rakyat dapat segera menikmati kesejahteraan yang berkeadilan secara lebih nyata. Bukan angan-angan atau retorika belaka. Apalagi harus dikamuflase dengan berbagai wujud kepalsuan-kepalsuan.
Banten, 26 September 2025
Social Footer